Pada suatu hari seorang polisi yang sedang berpatroli mengahampiri tukang duku.
" Selamat siang!" sapa polisi dengan nada tegas,"kamu sudah tahu 'kan, daerah ini dilarang berjualan.
sahut tukang duku pelan,"Ya, Pak. saya mohon maaf . . ."
lanjut polisi," kalau begitu, sebagai hukumannya, makan tuh buah dengan kulit-kulitnya! Cepat!
Merasa bersalah maka tukang duku terpaksa melakukan apa yang diperintah oleh polisi. lalu giliran tukang jeruk yang dihampiri.
"kamu juga!" sergah polisi "sudah tahu 'kan, daerah ini dilarang berjualan!"
sahut tukang jeruk pelan," ya, pak. saya mohon maaf . . ."
polisi melanjutkan," kalau begitu, sebagai hukumannya, makan tuh buah dengan kulit-kulitnya! Cepat!
Tidak punya pilihan, maka tukang jeruk terpaksa menuruti apa yang diperintah oleh polisi.
selang beberapa saat kemudian, kedua-duanya menangis . . .
tanya polisi," kenapa? Tidak enak, ya ?"
"ya, pak," sambil menanggis tikang jeruk menjawab,"tapi, bukan karena itu kami menanggis . . .
"lantas, kenapa kalian menanggis ?" lagi-lagi polisi bertanya.
"itu, pak, di seberang ada tukang durian," serta-merta tukang jeruk menjelaskan,"kami tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya setelah bapak hukum nanti."
Hahahahhaah! Ada-ada saja. empati itulah yang dirasakan kedua tukang buah-buahan tersebut
Semoga dapat mengambil kesimpulan dan ada manfaatnya :)
" Selamat siang!" sapa polisi dengan nada tegas,"kamu sudah tahu 'kan, daerah ini dilarang berjualan.
sahut tukang duku pelan,"Ya, Pak. saya mohon maaf . . ."
lanjut polisi," kalau begitu, sebagai hukumannya, makan tuh buah dengan kulit-kulitnya! Cepat!
Merasa bersalah maka tukang duku terpaksa melakukan apa yang diperintah oleh polisi. lalu giliran tukang jeruk yang dihampiri.
"kamu juga!" sergah polisi "sudah tahu 'kan, daerah ini dilarang berjualan!"
sahut tukang jeruk pelan," ya, pak. saya mohon maaf . . ."
polisi melanjutkan," kalau begitu, sebagai hukumannya, makan tuh buah dengan kulit-kulitnya! Cepat!
Tidak punya pilihan, maka tukang jeruk terpaksa menuruti apa yang diperintah oleh polisi.
selang beberapa saat kemudian, kedua-duanya menangis . . .
tanya polisi," kenapa? Tidak enak, ya ?"
"ya, pak," sambil menanggis tikang jeruk menjawab,"tapi, bukan karena itu kami menanggis . . .
"lantas, kenapa kalian menanggis ?" lagi-lagi polisi bertanya.
"itu, pak, di seberang ada tukang durian," serta-merta tukang jeruk menjelaskan,"kami tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya setelah bapak hukum nanti."
Hahahahhaah! Ada-ada saja. empati itulah yang dirasakan kedua tukang buah-buahan tersebut
Semoga dapat mengambil kesimpulan dan ada manfaatnya :)
wkwkwkk
BalasHapusLucu banget nih gan^^ bener deh^^
share lagi dong gan leluconnya^^
ok,,,gan
BalasHapusthanks commentnya
ntar aq posting lg leluconya gan